CEGAH STUNTING DI UJUNG TIMUR INDONESIA DENGAN EDUKASI
Pembangunan
kesehatan Indonesia pada periode tahun 2015-2019 terfokus
pada empat program proritas salah satunya adalah penurunan angka prevalensi
balita pendek atau stunting. Stunting atau
balita pendek adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata
lebih pendek dibandingkan
dengan tinggi badan orang lain pada umumnya. Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi yang diterima oleh
janin atau bayi pada 1000 hari pertama kehidupan. Ciri-ciri stunting pada anak ditandai
dengan masa pubertas yang terlambat, peforma buruk, pertumbuhan gigi terlambat,
di usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam, pertumbuhan melambat, dan wajah tampak
lebih muda. Sedangkan dampak dari stunting adalah sistem
imun yang buruk, kemampuan kongnitif berkurang, fungsi tubuh tidak seimbang,
dan postur tubuh tidak maksimal.
Promosi Kesehatan terkait Stunting
Stunting dapat dicegah melalui
hal-hal berikut, diantaranya yaitu dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), pemberian
tablet tambah
darah dan makanan tambahan bagi ibu hamil, serta
pemenuhan
gizi dan
pemantauan pertumbuhan anak. Menurut data dari Depertemen Kesehatan yang ditinjau
dari situs siha.depkes.go.id, penyebab stunting di Indonesia diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan
tentang kesehatan dan gizi baik sebelum maupun pada masa kehamilan serta kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil dan balita. Selain itu, kurang meratanya edukasi pada masyarakat terkait stunting juga menjadi penyebab
meningkatnya prevalensi stunting di Indonesia.
Mengacu pada data dari siha.depkes.go.id di atas maka upaya yang harus dilakukan adalah membuat program edukasi kapada
masyarakat tentang stunting, serta bagaimana
pencegahnya agar masyarakat dapat mengetahuinya. Berangkat dari keprihatinan tersebut, maka disela
kesibukan tugas dalam kegiatan PAMSIMAS penulis berinisiatif memberikan
edukasi secara mandiri kepada
masyarakat yang ada di Sorong dan sekitanya. Guna merealisasikan hal
tersebut maka langkah yang pertama penulis lakukan
adalah menentukan wilayah yang akan dijadikan sebagai tempat edukasi stunting. Setelah melalui beberapa pertimbangan, maka dipilihlah Kampung Mibi sebagai tempat yang akan dijadikan sasaran edukasi stunting. Sebagai
tindak lanjut atas upaya edukasi tersebut, maka penulis melakukan koordinasi dengan Yahya
Sapisa selaku kepala kampung dan masyarakat di Kampung Mibi.
Dokumentasi Pertemuan dengan masyarakt Kampung Mibi
Kampung Mibi merupakan sebuah desa yang terletak di
Distrik Makbon Kabupaten Sorong,
Papua Barat. Kampung ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 132 jiwa dengan jumah kepala
keluarga (KK) sebanyak 32. Sebelumnya
Kampung Mibi termasuk dalam salah satu wilayah desa tetangganya yaitu Kampung Malaumkarta. Hingga kemudian pada Desember
2015 terjadilah pemekaran kampung oleh Pemerintah
Kabupaten Sorong, sehingga
terbentuklah Kampung Mibi. Dalam kesehariannya sebagian besar masyarakat di Kampung Mibi berprofesi sebagai
Nelayan juga sebagai petani.
Kampung Mibi sebenarnya memiliki potensi pangan
yang melimpah yang bisa di gunakan untuk pemenuhan nutrisi bagi masyarakat pada
umunya dan bagi Ibu hamil dan balita pada khusunya yang ada di desa
tersebut. Potensi pangan yang dimiliki Kampung Mibi diantaranya yaitu pisang, kelapa,
jagung, sagu, singkong, sayur-sayuran serta
buah-buahan Selain itu Kampung Mibi juga memiliki potensi perikanan
dan sumber air bersih yang memadai.
Dokumentasi Pangan Di Desa Mibi
Pemenuhan
gizi bagi ibu hamil dan balita sebagai salah satu pencegahan stunting adalah cara yang bisa dilakukan
pada masyarakat Kampung Mibi melalui pemanfaatan potensi pangan lokal
yang
tersedia di desa tersebut. Namun selama ini masyarakat tidak
memahaminya, sehingga masyarakat cenderung
berpendapat bahwa makanan yang bergizi adalah makan yang mahal. Misalnya
adalah KFC di
anggap lebih sehat dan bergizi dari pada makan sperti ikan sayur dan lain
sebagainya.
Sampai
saat ini memang belum terdapat adanya laporan mengenai
kasus stunting di Kampung Mibi, namun tidak menuntup
kemungkinan hal tersebut bisa saja terjadi di
kemudian hari akibat ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya stunting. Selain itu, munculnya anggapan dalam masyarakat bahwa
“makanan yang bergizi adalah makanan yang mahal” merupakan suatu kesalahan
logika yang perlu diluruskan. Kandungan gizi dalam suatu jenis makanan, pada
dasarnya ditentukan oleh baiknya kualitas makanan itu sendiri bukan dari harganya.
Produk makanan kemasan yang telah melalui sejumlah tahap pengawetan, meski
lebih mahal, namun belum tentu memiliki kualitas sebaik makanan segar.
Bagi penulis, disini lah letak
pentingnya pemberian edukasi dini bagi masyarakat Kampung Mibi. Sehingga upaya edukasi terkait stunting pada komunitas masyarakat kampung ini diharapkan dapat
berfungsi, sebagai langkah preventif dalam memitigasi stunting sekaligus sebagai upaya promosi kesehatan dan koreksi yang
memutus kesalahan logika yang ada.
Demikianlah paparan di atas, menjelaskan motivasi penulis yang berlatar belakang sebagai aktifis kesehatan
dan bekerja di salah satu porgram pembedayaan masyarakat dalam melakukan edukasi mandiri
pada
masyarakat Kampung Mibi tentang bahaya stunting dan pemanfaatan potensi pangan untuk mencegahnya. Akhirnya penulis berharap agar masyarakat Kampung Mibi dapat meningkatkan
kesadaran komunal sehingga terhindar dari stunting.
Dokumentasi Edukasi Stunting di desa Mibi
Sumber : 1.
siha.depkes.go.id
3. Bapak
Yahya Sapisa Kepala Kampung Mibi
Sumber Dokumentasi : 1.
Dokumentasi Sendiri
2. http://promkes.kemkes.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar