Minggu, 28 Oktober 2018

CEGAH STUNTING DI UJUNG TIMUR INDONESIA DENGAN EDUKASI

CEGAH STUNTING DI UJUNG TIMUR INDONESIA DENGAN EDUKASI

Pembangunan kesehatan Indonesia pada periode tahun 2015-2019 terfokus pada empat program proritas salah satunya adalah penurunan angka prevalensi balita pendek atau stunting. Stunting atau balita pendek adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan orang lain pada umumnya. Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin atau bayi pada 1000 hari pertama kehidupan. Ciri-ciri stunting pada anak ditandai dengan masa pubertas yang terlambat, peforma buruk, pertumbuhan gigi terlambat, di usia 8-10 tahun menjadi lebih pendiam, pertumbuhan melambat, dan wajah tampak lebih muda. Sedangkan dampak dari stunting adalah sistem imun yang buruk, kemampuan kongnitif berkurang, fungsi tubuh tidak seimbang, dan postur tubuh tidak maksimal.


                                           Promosi Kesehatan terkait Stunting

Stunting dapat dicegah melalui hal-hal berikut, diantaranya yaitu dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemberian tablet tambah darah dan makanan tambahan bagi ibu hamil, serta pemenuhan gizi dan pemantauan pertumbuhan anak. Menurut data dari Depertemen Kesehatan yang ditinjau dari situs siha.depkes.go.id, penyebab stunting di Indonesia diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi baik sebelum maupun pada masa kehamilan serta kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil dan balita. Selain itu, kurang meratanya edukasi pada masyarakat terkait stunting juga menjadi penyebab meningkatnya prevalensi stunting di Indonesia.
Mengacu pada data dari siha.depkes.go.id di atas maka upaya yang harus dilakukan adalah membuat program edukasi kapada masyarakat tentang stunting, serta bagaimana pencegahnya agar masyarakat dapat mengetahuinya. Berangkat dari keprihatinan tersebut, maka disela kesibukan tugas dalam kegiatan PAMSIMAS penulis berinisiatif memberikan edukasi secara mandiri kepada masyarakat yang ada di Sorong dan sekitanya. Guna merealisasikan hal tersebut maka langkah yang pertama penulis lakukan adalah menentukan wilayah yang akan dijadikan sebagai tempat edukasi stunting. Setelah melalui beberapa pertimbangan, maka dipilihlah Kampung Mibi sebagai tempat yang akan dijadikan sasaran edukasi stunting. Sebagai tindak lanjut atas upaya edukasi tersebut, maka penulis melakukan koordinasi dengan Yahya Sapisa selaku kepala kampung dan masyarakat di Kampung Mibi. 

 Dokumentasi Pertemuan dengan masyarakt Kampung Mibi



Kampung Mibi merupakan sebuah desa yang terletak di Distrik Makbon Kabupaten Sorong, Papua Barat. Kampung ini memiliki jumlah penduduk kurang lebih 132 jiwa dengan jumah kepala keluarga (KK) sebanyak 32. Sebelumnya Kampung Mibi termasuk dalam salah satu wilayah desa tetangganya yaitu Kampung Malaumkarta. Hingga kemudian pada Desember 2015 terjadilah pemekaran kampung oleh Pemerintah Kabupaten Sorong, sehingga terbentuklah Kampung Mibi. Dalam kesehariannya  sebagian besar masyarakat di Kampung Mibi berprofesi sebagai Nelayan juga sebagai petani.



                                              Dokumentasi Kondisi Geografis Kampung Mibi

Kampung Mibi sebenarnya memiliki potensi pangan yang melimpah yang bisa di gunakan untuk pemenuhan nutrisi bagi masyarakat pada umunya dan bagi Ibu hamil dan balita pada khusunya yang ada di desa tersebut.  Potensi pangan yang dimiliki Kampung Mibi diantaranya yaitu pisang, kelapa, jagung, sagu, singkong, sayur-sayuran serta buah-buahan Selain itu Kampung Mibi juga memiliki potensi perikanan dan sumber air bersih yang memadai.








                                             Dokumentasi Pangan Di Desa Mibi

Pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita sebagai salah satu pencegahan stunting adalah cara yang bisa dilakukan pada masyarakat Kampung Mibi melalui pemanfaatan potensi pangan lokal yang tersedia di desa tersebut. Namun selama ini masyarakat tidak memahaminya, sehingga masyarakat cenderung berpendapat bahwa makanan yang bergizi adalah makan yang mahal. Misalnya adalah KFC di anggap lebih sehat dan bergizi dari pada makan sperti ikan sayur dan lain sebagainya.
Sampai saat ini memang belum terdapat adanya laporan mengenai kasus stunting di Kampung Mibi, namun tidak menuntup kemungkinan hal tersebut bisa saja terjadi di kemudian hari akibat ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya stunting. Selain itu, munculnya anggapan dalam masyarakat bahwa “makanan yang bergizi adalah makanan yang mahal” merupakan suatu kesalahan logika yang perlu diluruskan. Kandungan gizi dalam suatu jenis makanan, pada dasarnya ditentukan oleh baiknya kualitas makanan itu sendiri bukan dari harganya. Produk makanan kemasan yang telah melalui sejumlah tahap pengawetan, meski lebih mahal, namun belum tentu memiliki kualitas sebaik makanan segar.
Bagi penulis, disini lah letak pentingnya pemberian edukasi dini bagi masyarakat Kampung Mibi. Sehingga upaya edukasi terkait stunting pada komunitas masyarakat kampung ini diharapkan dapat berfungsi, sebagai langkah preventif dalam memitigasi stunting sekaligus sebagai upaya promosi kesehatan dan koreksi yang memutus kesalahan logika yang ada.

Demikianlah paparan di atas, menjelaskan motivasi penulis yang berlatar belakang sebagai aktifis kesehatan dan bekerja di salah satu porgram pembedayaan masyarakat dalam melakukan edukasi mandiri pada masyarakat Kampung Mibi tentang bahaya stunting dan pemanfaatan potensi pangan untuk mencegahnya. Akhirnya penulis berharap agar masyarakat Kampung Mibi dapat meningkatkan kesadaran komunal sehingga terhindar dari stunting.





Dokumentasi Edukasi Stunting di desa Mibi

Sumber :                                1. siha.depkes.go.id
3. Bapak Yahya Sapisa Kepala Kampung Mibi
Sumber Dokumentasi :       1.  Dokumentasi Sendiri
2. http://promkes.kemkes.go.id



LAKUKAN INI AGAR KAMU TETAP SEMANGAT UNTUK MENJALANKAN AKTIVITAS OLAHRAGA LARI

        Halo sobat Runners, saat pandemi seperti saat ini tentunya kita terbatas melakukan aktivitas sepeti biasanya karena kita harus memat...