Mengenal Noken, Sumber Kehidupan
Masyarakat Papua
Banyak orang mengenal noken hanya sebatas sebuah tas
tradisonal dari Papua yang terbuat dari serat kulit kayu. Noken biasa digunakan oleh orang-orang Papua sebagai wadah tempat
barang-barang pribadi maupun bahan makanan seperti umbi-umbian, sayur-mayur maupun hewan ternak. Bahkan, noken juga
digunakan dalam pemilihan umum di Papua. Lantas, apa makna sebenarnya dari noken?
Noken adalah wadah menyerupai tas yang terbuat dari anyam
serat kulit kayu, daun pandan dan rerumputan
yang dibentuk sedemikian
rupa. Berfungsi sebagai wadah
penyimpanan barang-barang pribadi maupun barang lainnya, ukuran noken pun bervariasi mulai ukuran yang kecil, sedang dan besar. Masyarakat
Papua biasa menggantungkan
tali noken di kepala.
Tas dan noken adalah dua hal yang berbeda. Tas merupakan produk yang dihasilkan dari pabrik. Bahan bakun pembuatan tas pun diproses oleh mesin. Sementara
itu, noken bukanlah produk pabrikan. Noken adalah karya cipta alami manusia yang memanfaatkan alam
dan kemampuan manusia dalam memproses
dan merajut. Dengan
demikian, dihasilkan sebuah karya cipta yang menakjubkan. Apabila noken dan tas disandingkan,
akan tampak perbedaan yang sangat
jauh di antara
keduanya.
Dokumentasi
perbedaan tas dan Noken
Tas
Noken
Sejak dulu, masyarakat Papua telah mengenal dan
menggunakan noken. Noken sudah tersebar di seluruh tanah Papua dari ujung paling barat hingga ujung
timur pulau. Kehidupan
masyarakat Papua memang tidak terlepas dari noken. Ke mana
pun dan di mana pun mereka berada tetap menggunakan noken. Tak
hanya sebagai simbol jati diri orang
Papua, noken adalah sumber kehidupan karena kerap digunakan
sebagai wadah penyimpan
makanan.
Ada beberapa pengertian tentang noken yang dikemukakan
oleh Titus Pakei, seorang
peneliti dan penulis buku Cerminan Noken Papua.
1. Noken adalah tempat (wadah) yang dirajut dan dianyam dari serat pohon atau daun yang kadang diwarnai dan diberi berbagai hiasan termasuk pewarna. Hal
itu demi memenuhi kepuasan batin perajin, terutama penggemar noken.
2. Noken adalah kerajinan tangan dari hampir semua suku
bangsa di Papua yang diwariskan sebagai unsur budaya, benda yang menjamin kelangsungan hidup untuk mengisi, menyimpan dan membawa barang demi menggenapi kehidupan sehari-hari.
3. Noken adalah tempat untuk mengisi dan menyimpan barang di
dalam tempat rajutan dan anyaman
tangan yang dimanfaatkan pengguna secara aman.
4. Noken adalah tempat untuk barang pribadi. Dari barang
yang diisi ke dalam
noken, orang akan mengetahui siapa pemiliknya.
5. Noken adalah kerajinan tangan masyarakat adat tanah Papua
yang sudah bernorma, beradat, berbudaya dan beretika dari masa leluhur hingga
sekarang.
Selain itu, ada beberapa defenisi noken menurut Rudolph Polderman, Direktur Kamar
Adat Pengusaha
Papua. Rudolp berkata, “Noken itu sangat unik, seperti keunikan alam dan manusia Papua. Pembuatan noken pun sangat unik menurut kemampuan alami dengan keindahan
alam.”
Sementara, Alida Maga Mote (mama perajin
noken) mengatakan, “Mama-mama di sini merajut noken sama halnya seperti merajut dan/atau menganyam kehidupan
demi ketahanan komunitas basis suku bangsa.”
Pada tanggal 4 Desember 2012 telah ditentukan
sebagai Hari Noken
Sedunia karena pada tanggal tersebut noken diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Hal ini
tentu menjadi kebanggaan yang luar biasa bagi kita. Sebab, salah satu karya
cipta yang dibuat oleh nenek moyang telah diakui oleh dunia.
Namun, seiring
berjalannya waktu, banyak perajin noken yang dulunya hanya menggunakan
kulit kayu, daun pandan dan rerumputan sekarang telah berinovasi menggunakan benang wol sebagai bahan baku. Hal
itu dikenal dengan nama noken benang wol.
Terdapat bayak jenis noken yang
diperjual-belikan. Namun, yang
paling terkenal pada saat ini ada tiga jenis noken, yaitu noken Wamena yang terbuat dari kulit kayu, noken Raja Ampat
yang terbuat dari daun pandan, dan
noken benang wol yang terbuat dari benang wol.
Noken Raja Ampat |
Noken Benang Wol |
Noken Wamena |
Menurut penelitian yang di lakukan oleh tim nominasi
noken, pada saat ini banyak generasi muda Papua
yang tidak lagi mengetahui pembuatan noken. Yang tersisa hanya mama-mama dan bapak-bapak papua lanjut usia yang
mengetahui pembuatan noken tersebut.
Sebagai generasi muda, tentunya kita tidak menginginkan noken yang merupakan hasil karya asli bangsa punah,
hanya menjadi cerita dongeng bagi anak-anak kita kelak. Tentunya harus ada
upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan noken, misalnya membuat pelatihan
pembuatan noken mulai dari pengambilan bahan baku, proses megolah bahan siap
pakai,
sampai perajutan pada generasi muda, terutama anak-anak papua.
Sumber : Titus
Pekei. 2013. Cerminan Noken Papua. Nabire. Ecologi Papua Intitute
Sumber Dokumentasi : Dokumentasi
Sendiri dan Komunitas Pencinta Noken
Pikirnya noken itu dari serat kayu. Sekarang sudah lebih moderen ya. Malah sudah hampir sama dengan tas2 lainnya, apalagi yang dari woll
BalasHapus