Jumat, 31 Agustus 2018

Mengenal Noken, Sumber Kehidupan Masyarakat Papua


Mengenal Noken, Sumber Kehidupan Masyarakat Papua

Banyak orang mengenal noken hanya sebatas sebuah tas tradisonal dari Papua yang terbuat dari serat kulit kayu. Noken biasa digunakan oleh orang-orang Papua sebagai wadah tempat barang-barang pribadi maupun bahan makanan seperti umbi-umbian, sayur-mayur maupun hewan ternak. Bahkan, noken juga digunakan dalam pemilihan umum di Papua. Lantas, apa makna sebenarnya dari noken?
Noken adalah wadah menyerupai tas yang terbuat dari anyam serat kulit kayu, daun pandan dan rerumputan  yang dibentuk sedemikian rupa. Berfungsi sebagai  wadah penyimpanan barang-barang pribadi maupun barang lainnya, ukuran noken pun bervariasi mulai ukuran yang kecil, sedang dan besar.  Masyarakat  Papua biasa menggantungkan tali noken di kepala.
Tas dan noken adalah dua hal yang berbeda. Tas merupakan produk yang dihasilkan dari pabrik. Bahan bakun pembuatan tas pun diproses oleh mesin. Sementara itu, noken bukanlah produk pabrikan. Noken adalah karya cipta alami manusia yang memanfaatkan alam dan kemampuan manusia dalam memproses dan merajut. Dengan demikian, dihasilkan sebuah karya cipta yang menakjubkan. Apabila noken dan tas disandingkan, akan tampak perbedaan yang sangat jauh di antara keduanya.
 Dokumentasi perbedaan tas dan Noken
Tas


 

 Noken








 Sejak dulu, masyarakat Papua telah mengenal dan menggunakan noken. Noken sudah tersebar di seluruh tanah Papua dari ujung paling barat hingga ujung timur pulau. Kehidupan masyarakat Papua memang tidak terlepas dari noken. Ke mana pun dan di mana pun mereka berada tetap menggunakan noken. Tak hanya sebagai simbol jati diri orang Papua, noken adalah sumber kehidupan karena kerap digunakan sebagai wadah penyimpan makanan.
Ada beberapa pengertian tentang noken yang dikemukakan oleh Titus Pakei, seorang peneliti dan penulis buku Cerminan Noken Papua.
1.    Noken adalah tempat (wadah) yang dirajut dan dianyam dari serat pohon atau daun yang kadang diwarnai dan diberi berbagai hiasan termasuk pewarna. Hal itu demi memenuhi kepuasan batin perajin, terutama penggemar noken.
2.    Noken adalah kerajinan tangan dari hampir semua suku bangsa di Papua yang diwariskan sebagai unsur budaya, benda yang menjamin kelangsungan hidup untuk mengisi, menyimpan dan membawa barang demi menggenapi kehidupan sehari-hari.
3.    Noken adalah tempat untuk mengisi dan menyimpan barang di dalam tempat rajutan dan anyaman tangan yang dimanfaatkan pengguna secara aman.
4.    Noken adalah tempat untuk barang pribadi. Dari barang yang diisi ke dalam noken, orang akan mengetahui siapa pemiliknya.
5.    Noken adalah kerajinan tangan masyarakat adat tanah Papua yang sudah bernorma, beradat, berbudaya dan beretika dari masa leluhur hingga sekarang.
Selain itu, ada beberapa defenisi noken menurut Rudolph Polderman, Direktur Kamar Adat Pengusaha Papua. Rudolp berkata, Noken itu sangat unik, seperti keunikan alam dan manusia Papua. Pembuatan noken pun sangat unik menurut kemampuan alami dengan keindahan alam.”
Sementara, Alida Maga Mote (mama perajin noken) mengatakan, “Mama-mama di sini merajut noken sama halnya seperti merajut dan/atau menganyam kehidupan demi ketahanan komunitas basis suku bangsa.”
Pada tanggal 4 Desember 2012 telah ditentukan sebagai Hari Noken Sedunia karena pada tanggal tersebut noken diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Hal ini tentu menjadi kebanggaan yang luar biasa bagi kita. Sebab, salah satu karya cipta yang dibuat oleh nenek moyang telah diakui oleh dunia.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak  perajin noken yang dulunya hanya menggunakan kulit kayu, daun pandan dan rerumputan sekarang telah berinovasi menggunakan benang wol sebagai bahan baku. Hal itu dikenal dengan nama noken benang wol.
Terdapat bayak jenis noken yang diperjual-belikan. Namun, yang paling terkenal pada saat ini ada tiga jenis noken, yaitu noken Wamena yang terbuat dari kulit kayu, noken Raja Ampat yang terbuat dari daun pandan, dan noken benang wol yang terbuat dari benang wol.

Noken
Noken Raja Ampat
Noken Benang Wol
Noken Wamena
Menurut penelitian yang di lakukan oleh tim nominasi noken, pada saat ini banyak generasi muda Papua yang tidak lagi mengetahui pembuatan noken. Yang tersisa hanya mama-mama dan bapak-bapak papua lanjut usia yang mengetahui pembuatan noken tersebut.
Sebagai generasi muda, tentunya kita tidak menginginkan noken yang merupakan hasil karya asli bangsa punah, hanya menjadi cerita dongeng bagi anak-anak kita kelak. Tentunya harus ada upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan noken, misalnya membuat pelatihan pembuatan noken mulai dari pengambilan bahan baku, proses megolah bahan siap pakai, sampai perajutan pada generasi muda, terutama anak-anak papua.

Sumber : Titus Pekei. 2013. Cerminan Noken Papua. Nabire. Ecologi Papua Intitute
Sumber Dokumentasi : Dokumentasi Sendiri dan Komunitas Pencinta Noken




1 komentar:

  1. Pikirnya noken itu dari serat kayu. Sekarang sudah lebih moderen ya. Malah sudah hampir sama dengan tas2 lainnya, apalagi yang dari woll

    BalasHapus

LAKUKAN INI AGAR KAMU TETAP SEMANGAT UNTUK MENJALANKAN AKTIVITAS OLAHRAGA LARI

        Halo sobat Runners, saat pandemi seperti saat ini tentunya kita terbatas melakukan aktivitas sepeti biasanya karena kita harus memat...